Harga Emas Yang Sulit Diprediksi

Sejak saya aktiv di kompasiana, goresan pena ini juga dipublish di kompasiana dengan judul yang sama. Dan biar blog yang saya buat khusus membahas ini tetap update, maka goresan pena saya di kompasiana yang topiknya wacana akan saya muat juga di Blog ini.

"Harga Emas sekarang kok turun drastis ?", " Harga emas nanti naik atau turun ya tahun 2014 ?",  Inilah beberapa pertanyaan yang sering sekali hingga ke saya akhir-akhir ini bahkan hingga ada yang bertanya sinis,"Gimana nih harga emas, katanya indah untuk investasi, kok turun terus ?", dan terus jelas jawabannya saya sendiri tidak tahu. Bukan hanya saya, bahkan para jago di raksasa investasi dunia menyerupai Goldman Sachs pun, pekan lalu membuat prediksi yang sangat keliru wacana harga emas, Goldman Sachs membuat prediksi bahwa bila terjadi akad antara Presiden Amerika dengan Congress untuk menghindari default / shutdown maka harga emas akan jatuh, tetapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya, pekan ini harga emas naik 5,6% dalam seminggu dari $1282 ditutup selesai pekan pada $1352.

Di Indonesia sekarang ini, pembeli emas batangan mulai sepi dan bisa jadi inilah aksara investasi masyarakat indonesia yaitu investasi "betet kegawo ning garu" atau investasi "anget-anget tai ayam", investasi yg hanya sebab ikut-ikutan atau sebab lagi musiman aja bukan sebab faham dan mengenal aksara investasi emas. Mungkin kita semua masih ingat ketika booming investasi emas melanda tanah air, munculah GTIS dengan sertfikat halalnya, kemudian Virgin Gold dengan kedok perusahaan emasnya, serta terakhir Primaz dengan konsep ponzinya berhasil mewarnai jenis-jenis penipuan berkedok investasi emas, dan memang inilah yang membuat masyarakat kita sulit untuk dididik investasi, bahkan serupa tapi tak sama pernah terjadi juga hal demikian, ketika masyarakat kita sudah perlahan masuk ke pasar saham tahun 2008 lalu terjadilah kasus Sarijaya Securitas. Kita harus sadar bahwa dalam hal pengambilan keputusan berinvestasi, kita harus remaja dalam mengambil keputusan, sebab kalau terjadi penggelapan atau penipuan maka kita tidak bisa terlalu berharap solusinya kepada pemerintah.

Terkait dengan harga emas, siapapun manusianya tidak ada yang tahu pasti. Bisa dibayangkan bila sekelas head of commodities researchnya Goldman Sachs yaitu orang yang dianggap paling tahu wacana arah pergerakan emas, perak dan sejenisnya di pasar dunia, ternyata tidak lebih dari orang kebanyakan menyerupai saya dalam membuat prediksi harga emas ke depan. Maka dalam dunia prakiraan ini memang tidak ada yang bisa dianggap pasti benarnya ataupun pasti salahnya.

Lantas ditengah harga emas yang nampaknya bergerak random tidak beraturan ini, "bagaimana kita menyikapinya ?"

Pertama, saya selalu menyarankan kepada pembaca blog setia saya, jangan berspekulasi dengan harga emas dalam jangka pendek.  Membelilah pada dikala Anda memang mau beli, dan ada kelebihan uang kertas yang tidak segera digunakan, kemudian jualah emas pada dikala memang Anda membutuhkan uang tunai untuk keperluan yang ril atau kebutuhan yang telah direncanakan.
Kedua, bijaksanalah dalam berinvestasi emas dengan cara  mengetahui demam isu pasar secara objektif, bukan bermaksud berspekulasi tetapi optimalisasi hasil.
Lalu, "dimana bedanya optimalisasi dengan spekulasi ?"
Secara sederhana, disebut kita spekulasi  bila kita membeli emas tanpa didasari oleh suatu kebutuhan, tetapi semata untuk segera memperoleh keuntungan sesaat bila harganya naik secara jangka pendek. Sedangkan optimalisasi hasil yaitu hal yang wajar yang biasa kita lakukan sehari-hari dalam jual beli dengan didasari kebutuhan investasi jangka panjang misal untuk biaya anak sekolah , naik haji, dana pensiun, dll.

Satu hal yang pasti yaitu bahwa meskipun harga emas kedepan tidak ada yang tahu pasti, sejarah panjang kehidupan insan telah menunjukan bahwa tidak pernah terjadi dalam peradaban insan kalau emas menjadi barang yang tidak berharga layaknya uang kertas yang pernah dibuang di kawasan sampah menyerupai yang pernah terjadi di zimbabwe atau pernah dibakar untuk penghangat ruangan di jerman.

Harga emas  dalam mata uang kertas bisa saja turun, tetapi ia akan selalu bisa mempertahankan nilainya yang bergotong-royong yaitu nilai yang tercermin dalam daya belinya. Di jaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dalam sebuah hadist, diriwayatkan bahwa satu ekor kambing bisa dibeli dengan sekeping uang satu Dinar. Pada musim Idul Adha tahun ini, 15 Oktober kemarin, walau harga emas sudah turun drastis ke angka $1273 sekali lagi terbukti bahwa 1 Dinar (4,25 gram emas 22 karat) tetap cukup untuk membeli seekor kambing yang layak untuk qurban. Itulah fakta yang selalu saya jumpai ketika saya menjual emas saya untuk membeli kambing qurban.


Bila prediksi kedepan tidak ada yang tahu, setidaknya kita bisa selalu mencar ilmu dari sejarah yang kita semua sudah pernah tahu, ingat JAS MERAH nya Bung Karno.

Sumber http://gdcirebon.blogspot.com

0 Response to "Harga Emas Yang Sulit Diprediksi"

Posting Komentar