Di comment status FB saya tanggal 23 April 2011, muncul pertanyaan dari seorang sahabat “apakah pernah membandingkan kenaikan/penurunan harga saham penghasil emas dengan kenaikan/penurunan harga emas sendiri pada periode waktu yang sama?”
inilah yang menjadi ide judul artikel. Mengapa saham dengan emas disandingkan dalam perbandingan pemilihan jenis investasi dimana keduanya memiliki kesamaan untuk dibeli kemudian dijual kembali. Ini yaitu pertanyaan yang lumrah dilontarkan bagi siapa pun yang akan memulai investasi, baik saham maupun investasi emas. Dan jawabnya juga pasti sama yaitu “beli pada dikala harga rendah dan jual pada harga tinggi”. Itulah hukum dagang dalam investasi, pertanyaanya kapan harga rendah itu muncul ? itu yang tidak mudah. Dalam investasi apapun yang perlu dikelola gotong royong “hawa nafsu”. Management nafsu atau tabah menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah investasi. Sebagai pengalaman Pribadi, hegemoni naiknya harga saham pada tahun 2007 membuat saya “latah” untuk masuk kedalam bursa. Awalnya mudah menerima profit tetapi rupanya ini bom waktu, menyerupai balon yang menggelembung, harga saham terus naik dan hasilnya pecah pada tahun 2008 seiring terjadinya krisis subprime mortage di AS yang menjadikan harga-harga berguguran, bayangkan harga saham ANTM & BUMI yang sebelum krisis mencapai 4000 hingga 5000 rupiah per lembar saham pada dikala krisis harga bisa jatuh hingga 770-800 rupiah per lembar. Bayangkan waktu itu saya termasuk didalam kondisi tersebut dan sebab kondisi “panik” saya hasilnya melaksanakan “cut lose” saham saya.
Ilmu yang saya dapat dari pelajaran saham diatas, kita tidak terlalu tergiur dengan naiknya saham yang fantastis, tetapi sebaiknya kita punya asset yang cukup dikala harga sedang terjun bebas, itulah keberhasilan warent buffet sang rajanya saham di dunia. Dia dengan tabah menanti saat-saat yang sempurna untuk masuk membeli saham pada dikala kondisi harga diobral. Yakinlah bahwa siklus krisis akan selalu ada, entah dalam periode 5, 10 atau 20 tahun, sehingga perencanaan finansial juga merupakan adegan dari yang disampaikan dalam Al-Quran Surah Yusuf 47-38, bila kita punya uang dan belum menemukan sarana investasi yang sempurna maka "pertahankan dalam tangkainya" atau bahasa umunnya dapat saya terjemahkan "pegang dulu dalam bentuk aset yang paling aman" yang juga bisa menjadi 'hakim' yang adil yaitu emas.
Investasi di Emas menyerupai dengan saham tetapi saham tidak menyerupai dengan emas. Emas dibilang menyerupai dengan saham sebab harga naik turun layaknya harga saham, begitu dikala jual maupun beli ada harga patokan jual ada patokan harga beli yang biasanya selesihnya 4% pada waktu yang sama. Contoh bila harga jual LM 400 ribu maka harga beli yang diterima LM sekitar 384 ribuan. Saham tidak menyerupai dengan emas sebab saham merupakan kepemilikan terhadap suatu perusahaan, saham lebih dikarenakan kinerja perusahaan terkait dan kondisi regional bursa saham. Sehingga saham ada kalanya harga nol bila memang perusahaan tersebut bangkrut, tetapi bila emas tidak akan pernah nol sebab emas itu gotong royong alat tukar tetapi saham bukanlah alat tukar. Saham yaitu bukti kepemelikan kita terhadap suatu perusahaan.
Sehingga instrument saham dan emas sangatlah bersahabat bagi para pemain saham. Walaupun belum ada statistik yang saya dapatkan tetapi saya punya keyakinan bagi pemain saham professional mungkin lebih dari separuhnya juga berinvestasi di emas tetapi orang yang berinvestasi di emas belum tentu main di saham. Bahkan dalam bukunya Rully K pun menerapkan pengalihan asset emas dikala sedang naik tinggi dan dialihkan untuk membeli saham disaat harga saham sudah jatuh pada titik nadir.
Mengapa demikian ? tentu jawabanya sederhana, ketika seorang investor menanam sahamnya dalam kondisi perusahaan sehat tentu sudah pasti, tetapi ingat saham juga sangat rentan dengan informasi atau kondisi regional, orang bilang “latah”, sehingga dalam kondisi krisis biasanya untuk menjaga nilai asetnya mereka segera menjual sahamnya dan membelikanya emas sebab diyakini emas tahan terhadap goncangan krisis, bahkan harga emas kebalikanya, di dikala terjadi krisis harganya pasti melonjak drastis sebab orang semua sadar dan yakin bahwa orang seluruh dunia dalam kondisi demikian akan mencari cara dalam penyelamatan asset mereka dalam bentuk emas, sekali lagi emas yaitu uang tetapi uang bukanlah emas. Dalam kondisi normal saja emas harganya selalu naik diatas inflasi apalagi bila krisis bisa dua kali lipat dari inflasi.
Karena alasan tersebut diatas maka tidak lah salah bila kita mengkaitkan saham dan emas untuk mengamati bulan “baik” berinvestasi emas. Didalam dunia saham dikenal dengan January effect, dimana pada bulan January rata-rata pemilik saham menata kembali porto folionya, sehingga banyak investor rame-rame masuk ke pasar saham yang pada umumnya mereka lepas emas yang mereka punya untuk sementara beralih ke saham, yang berakibat harga emas pada bulan tersebut logikanya turun sebab banyak emas yang dilepas ke pasaran. Coba lihat grafik dibawah ini, Lingkaran merah yaitu January 2011 disini harga sedang turun. Saat itu emas di LM harganya Rp.400.000 per gram padahal sebelumnya pada tanggal 6 desember 2010 harga emas spot LM PT Antam Tbk pernah mencapai Rp. 414.000 per gramnya hanya dengan waktu 1 bulan harganya turun hingga 3,5 %.
tabelnya pernah saya muat dalam blog ini. Data ini dapat kita lihat sebagai indicator seberapa dalam krisis itu terjadi khsususnya setelah “Nixon Shock” sebab sangat bersahabat hubunganya dengan pergerakan harga emas US$/OZ. Dalam kurun waktu 40 tahun (1970-2010) kenaikan harga emas hampir 3 kali lipat lebih besar kenaikan emas daripada kenaikan DJIA. Artinya apa ? artinya dengan jumlah emas yang sama kita bisa membeli jumlah saham yang semakin banyak atau lebih banyak. Atau dengan kata lain semakin lama bila kita jual saham dan dialihkan ke emas maka semakin lama akan menerima berat emas yang semakin sedikit.
Hal lain yang perlu kita cermati, mengapa pelaku ekonomi dunia selalu membuat yang namanya DGR yaitu perbandingan antara Dow Jones Industrial Avarage dengan harga emas dalam satuan US$, artinya memang DGR ini bukan untuk mengukur saham yang ada di Indoensia, tetapi bagi pemain saham guru-gurunya pasti menyarankan pergerakan saham di US sebagai barometer pergerakan saham dunia. Artinya dengan dibuatnya DGR secara tidak pribadi kita dapat ambil kesimpulan bahwa emas sangat stabil nilainya sehingga membuat perbadingan saham dengan harga emas. Tetapi analisa saya ini bukan berarti secara mentah-mentah diterima sebagai klaim bahwa saham akan menunjukkan hasil yang lebih buruk daripada emas, mungkin saja sebagai pemain saham yang sudah ulung dapat melihat saham-saham tertentu yang sangat baik yang tentunya bisa mengungguli emas. Yang penting pada posisi dimana kemampuan kita dikala ini dalam mempelajari peluang investasi baik emas maupun saham, semua ada ilmunya.
Hal lain yang perlu kita cermati, mengapa pelaku ekonomi dunia selalu membuat yang namanya DGR yaitu perbandingan antara Dow Jones Industrial Avarage dengan harga emas dalam satuan US$, artinya memang DGR ini bukan untuk mengukur saham yang ada di Indoensia, tetapi bagi pemain saham guru-gurunya pasti menyarankan pergerakan saham di US sebagai barometer pergerakan saham dunia. Artinya dengan dibuatnya DGR secara tidak pribadi kita dapat ambil kesimpulan bahwa emas sangat stabil nilainya sehingga membuat perbadingan saham dengan harga emas. Tetapi analisa saya ini bukan berarti secara mentah-mentah diterima sebagai klaim bahwa saham akan menunjukkan hasil yang lebih buruk daripada emas, mungkin saja sebagai pemain saham yang sudah ulung dapat melihat saham-saham tertentu yang sangat baik yang tentunya bisa mengungguli emas. Yang penting pada posisi dimana kemampuan kita dikala ini dalam mempelajari peluang investasi baik emas maupun saham, semua ada ilmunya.
Bagaimana hubunganya antara Saham perusahaan emas dengan emas ? untuk menjawabnya perlu kita ambil data harga saham ANTM dengan harga emas ANTM dalam rentang periode yang saya miliki datanya yaitu Februari – Mei 2011. Karena bila secara umum korelasi saham dan emas sudah saya jelaskan diatas, dimana hubunganya baik saham perusahaan emas maupun saham secara umum bisa dijadikan acua. Tetapi dalam paragraph ini saya coba bandingkan bagaimana korelasi kenaikan emas dengan pergerakan harga saham ANTM dalam rentang tersebut. Seperti terlihat dalam grafik dibawah ini, khususnya dibulan April 2011 dimana harga emas spot ANTAM LM sedang naik tajam dari harga per 11 April pada harga Rp. 420.000/gram hingga menuju Rp. 437.000/gr pada tanggal 2 Mei atau mengalami kenaikan sekitar 4% sementara harga saham ANTM dalam kurun waktu tersebut malah turun 5% dari semula harga saham ANTM Rp. 2.400 menjadi hanya Rp. 2.275 per lembar sahamnya. Artinya investasi dalam bentuk emas tidaklah relevan dengan membeli saham perusahaan penghasil emas (ANTM), apalagi bila terjadi krisis ekonomi makro, harga emas dengan harga saham emas sangatlah bertolak belakang, dimana harga emas naik sangat tinggi sedangkan harga saham perusahaan emas terjun bebas sangat rendah menyerupai yang terjadi pada krisis tahun 1998 dan 2008.
Dari banyak literature yang saya baca, korelasi antara saham dan emas selalu mengerucutnya pada kondisi ekonomi makro, sehingga yang terpenting dari investasi yaitu tetapkan dahulu tujuanya apa ? apakah hanya untuk spekulasi atau menyelamatkan nilai uang yang kita peroleh untuk tujuan jangka panjang ?. Kalau niatnya untuk ber-spekulasi tentu cara berfikirnya fokus terhadap seni administrasi kapan “jual” dan kapan “beli” dalam rentang waktu yang menyesuaikan kondisi membeli pada harga rendah dan menjual pada harga tinggi. Tetapi bila kita bertujuan untuk investasi jangka panjang misal menabung emas untuk kebutuhan membeli rumah, pergi haji, biaya pendidikan anak sekolah, persiapan pensiun, dll maka emas yaitu jawabanya. Karena emas dalam fiqih islam disebut sebagai alat tukar yang adil dan bisa mengimbangi laju inflasi.
Sebagai penutup, saya tekankan kembalikan pada tujuan investasi kita yaitu tanggapan dari semua yang akan diambil dalam menentukan investasi apa yang cocok untuk kita lakukan. Sebagai rujukan bila saya punya uang hari ini dan cukup untuk membeli mobil, pertanyaanya seberapa perlu kendaraan beroda empat buat kita dan keluarga apalagi masih ada kendaraan beroda empat dinas, maka sebaiknya uang tersebut dibelikan emas batangan 24 karat dan disimpan, Insya Yang Mahakuasa pada saatnya kita butuh kendaraan beroda empat cukup dengan menjual emas yang kita simpan bisa membeli kendaraan beroda empat sejenis bahkan bisa lebih baik tergantung rentang waktunya. Atau yang lebih kasatmata lagi data biaya ONH bila misalnya tanggal 10 Mei 2011 kita sudah punya cukup uang untuk bayar ONH sebesar Rp. 36 juta tetapi sebab ada sesuatu yang membuat kita belum bisa berangkat, maka berdasarkan harga spot emas LM tanggal 10 Mei 2011 dapat dibelikan emas LM sebanyak 85 gram (terdiri dari 3 keping emas LM ukuran 50, 25, 10) lalu simpanlah emas tersebut, pada saatnya kita sudah siap tinggal jual emas tersebut Insya Yang Mahakuasa kita tetap bisa membayar ONH bahkan bisa ada uang sisa bila melihat tren statistik ONH 5 tahun terakhir ini, sebab kenaikan emas jauh lebih tinggi daripada kenaikan ONH, Wa Allahu A’lam.
Sumber http://gdcirebon.blogspot.com
0 Response to "SAHAM ATAU"
Posting Komentar