Sebuah Renungan : Menyesal Mengasuransikan Pendidikan Anak

Seorang direktur diperusahaan telekomunikasi, ia kecewa berat dengan asuransi pendidikan anaknya yang dibeli pada tahun 1988.

Saat itu ketika anaknya gres lahir, ia membeli produk asuransi pendidikan anaknya senilai Rp 22,5 juta yang akan cair pada ketika anaknya masuk perguruan tinggi tinggi. Saat itu nilai pertanggungannya sangat besar dan pada tahun-tahun awalnya harus dibayar dari 20 % gaji bulanan dia.

Tahun 2006 ketika anaknya masuk ITB dan perlu membayar Rp 45 juta untuk uang pangkal, dana asuransi yang cair ternyata hanya cukup membayar separuh dari uang pangkal tersebut. Siapa yang salah? Perusahaan asuransi sudah membayar kewajibannya dengan benar, kawan aku juga telah konsisten selalu membayar preminya bertahun-tahun dengan benar.

Yang salah tidak lain yaitu nilai uang kita yang sangat tidak mampu diandalkan. Nilai pertanggungan Rp 22,5 juta tahun 1988 yaitu setara dengan 884 gr Emas Logam Mulia 24K. Ketika cair tahun 2006, nilai asuransi Rp 22,5 juta tersebut tinggal 124,6 gr Emas. (kalau uang asuransi tersebut cair pada saar goresan pena ini dibuat, Juni 2011 uang Rp 22,5 juta hanya setara dengan 51 gr emas )

Bayangkan jikalau dari awal orang tersebut membeli emas dengan nilai 22,5 juta yaitu 884 gr Emas Logam Mulia 24K, maka ketika cair tahun 2006 nilai 884 gr Emas tersebut setara dengan Rp 161 juta, (kalau nilai emas yang sama ditukar ke rupiah ketika ini, bahkan menjadi 388 juta). Uang tersebut tidak hanya cukup membayar uang pangkal di ITB, tetapi juga masih cukup untuk membelikan anaknya kendaraan beroda empat gres untuk kuliah dan membayar seluruh biaya pendidikan hingga anaknya jawaban kuliah. Inilah indahnya jikalau produk keuangan jangka panjang dikelola dengan emas. Benda berharga (yg harusnya dijadikan alat tukar atau uang-pen) yang nilainya tidak pernah terdevaluasi sepanjang jaman.

Mari Berinvestasi Emas!! Rencanakan keuangan jangka panjang dengan Logam Mulia, semisal; biaya nikah/walimah, biaya membeli rumah, biaya pendidikan anak, berangkat haji, tabungan pensiun, dll.

KebunEmas.com

(diadaptasi dari goresan pena Muhaimin Iqbal dengan sedikit penyesuaian)
Sumber http://infohargaemas.blogspot.com

0 Response to "Sebuah Renungan : Menyesal Mengasuransikan Pendidikan Anak"

Posting Komentar