Belajar Dari Siklus Harga Emas

Tulisan ini sudah saya muat di blog kompasiana.com, tetapi alasannya ialah blog langsung ini juga harus tetap saya maintenance, maka seharusnya saya menuliskan kembali goresan pena dengan judul yang sama. Harga emas ketika ini mampu dibilang rendah, bahkan sempat mencapai harga terendah tanggal 28 Juni 2013 sebesar $1192/oz sedangkan untuk harga spot (diluar ongkos cetak) di Indonesia terendah sempat mencapai Rp 396.000/gram. Harga emas pernah mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2011 pada harga $1906/oz, artinya harga emas ketika ini telah jatuh lebih dari sepertiga dalam 22 bulan terakhir.  Sentimen oleh hampir semua ukuran ketika ini mengerikan khususnya pernyataan-pernyataan yang dikelurkan oleh Ben Bernanke mewakili The Fed.  Walau demikian masyarakat di China tetap percaya emas dan tidak terpengaruh oleh pernyataan Ben Bernanke, sehingga buat masyarakat China ini digunakan sebagai waktu yang sempurna untuk membeli emas, bahkan data menandakan bahwa hampir semua emas fisik yang diproduksi diseluruh dunia terserap oleh pembelian emas fisik di China. Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat di Indonesia, ketika harga emas realy menuju puncak harga tertinggi orang berbondong-bondong bahkan hingga mengantri untuk membeli emas. Dan dalam goresan pena blog saya www.gdcirebon.blogspot.com memuat suasana antrian pembelian tanggal 23 Agustus 2011 di PT Antam Tbl Logam Mulia (LM) Jakarta, padahal pada hari itu merupakan harga emas tertinggi harga spot emas LM batangan sebesar 534.000/gr atau US$ 1906/Oz “New Record” sepanjang zaman setidaknya hingga hari ini. Perlu diingat harga emas dunia yang melonjak naik “bukan” alasannya ialah di Indonesia deket lebaran tahun 2011 ketika itu, ini yang salah dalam persepsi masyarakat Indonesia terkait harga emas. Anehnya masyarakat kita, ketika harga jatuh menyerupai sekarang ini, malah sepi dan cenderung mulai meninggalkan emas. Dilihat dari situasi ini terperinci bahwa pemahaman investasi emas masyarakat Indonesia masih belum menyerupai pemahaman masyarakat di China.
 
Kemudian kondisi ini khususnya di Indonesia banyak yang bertanya hingga harga berapa emas akan turun dan kapan emas akan naik, tentunya inilah pertanyaan umum yang disampaikan dalam kondisi harga yang dianggap kacau diakibatkan statement-statement Ben Bernanke khusunya problem QE. Untuk membantu menjawab pertanyaan itu kita coba lihat grafik emas kebelakang untuk melihat siklus 5 tahunanya dan mengidentifikasi beberapa siklus jangka panjang. Ini model sederhana, yang hanya menggunakan lima siklus dan peningkatan eksponensial, memperlihatkan bahwa harga emas akan masih rendah kira-kira hingga Oktober 2013, dan diproyeksikan menuju harga tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya pada harga $1.900 sekitar  triwulan 3 tahun depan hingga semester 2 tahun 2015. Periode yang  sama juga terjadi dimana harga emas pernah diperdagangkan di bawah $ 700 pada bulan Oktober 2008 dan naik menjadi lebih dari $ 1.900 pada bulan September 2011, sehingga kenaikan substansial ialah sangat mungkin.
 
Ini bukan prediksi, itu hanyalah sebuah siklus 5 tahunan grafik emas, tapi mungkin salah, asumsi bahwa harga emas akan terus meningkat sekitar 18% per tahun, rata-rata, hal ini dilihat dari lima siklus sebelumnya dimana harga faktual jauh di atas tren pertumbuhan eksponensial.
Mengapa harga emas akan terus meningkat? Sistem moneter ketika ini tergantung pada kondisi hutang yang meningkat secara eksponensial dan jumlah uang beredar juga meningkat kaitanya dengan kebijakan fiskal teh Fed. Berulang kali bahkan berbagai yang meyakini bahwa pemerintah AS akan terus mengalami defisit anggaran besar dan dengan demikian total hutang AS akan terus meningkat.  Bank sentral Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat akan terus untuk menguangkan hutang dan meningkatkan jumlah uang beredar dalam rangka untuk mempromosikan inflasi aset dan membanjiri pasukan deflasi di negara masing-masing.  Pasokan emas meningkat perlahan-lahan, ajakan meningkat lebih cepat, sementara setiap Dollar, Euro, Yen & uang kertas lainya tetap akan kehilangan harganya alasannya ialah memang sejatinya ialah kertas dan tragedi kehancuran uang kertas sudah pernah terjadi dan akan terus terjadi, hanya waktu yang akan menjawabnya.
 
Tampaknya cukup masuk logika untuk mengharapkan bahwa harga emas akan meningkat secara substansial dari tingkat rendah ketika ini, dan pernyataan Ben Bernanke hanyalah riak sesaat yang memang kuat pada harga emas tetapi tidak akan pernah mengubah makna emas fisik yang sesungguhnya, agar dalam menyikapi harga emas ketika ini masyarakat Indonesia mampu mengambil bab sebagai kondisi yang layak kita ambil keuntunganya untuk membeli emas pada harga rendah menyerupai yang dilakukan masyarakat di China.
 
Kalau saya langsung tetap meyakini dan percaya hadist yang diriwayatkan oleh Abu bakar bin Abi Maryam bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apa pun yang berkhasiat selain Dinar(emas)  dan Dirham(perak) “. (Musnad Imam Ahmad bin Hambal).

Sumber http://gdcirebon.blogspot.com

0 Response to "Belajar Dari Siklus Harga Emas"

Posting Komentar