Baru kali ini saya sempat menulis kembali, pada program sudut pandang di metro tv yang ditayangkan 29 April 2012 hari ahad yang lalu, diawali dengan dongeng seorang ibu yang menceritakan tahun 70 masuk UI biayanya Rp. 25.000, kemudin tahun 2012 masuk UI sebesar Rp. 10juta. disini membuktikan mahalnya biaya pendidikan akhir inflasi uang kertas yg kita gunakan dalam mengukur biaya pendidikan.
Dan sang konsultan keuangan yang hadir malah menyarankanya saham, lalu penerima bertanya perihal asuransi pendidikan dalam menyiapkan biaya pendidikan. Salah satu asuransi yg dibahas yakni unit link, pertanyaan penerima terkait saham yakni high risk, lalu sang fund manager menjelaskan grafik saham yang memang fluktuatif dan high risk. Lalu dijelaskan bila demam isu investasinya diatas 10 tahun trenya tetap naik maka disarankan untuk invest ditas 5 tahun.
Lalu host memancing dengan logam mulia atau emas batangan, sang fund manager membahas emas 24 karat ini. Fund Manager mulai menjelaskan filosofi emas, dimana emas yang jumlahnya terbatas membuat emas tetap tinggi returnnya, hal ini diakibatkan supply and demand yang menjadikan emas tetap naik, sehingga fund manger menyarankan emas sebagai pilihan.
lalu sang penerima menanyakan bagaimana pilihanya antara saham, emas dan properti. Inilah yang mungkin mewakili banyak penonton pertanyaan tersebut. Sang fund manger mengaku bila dirinya memang berinvestasi kesemuanya, bahkan berdasarkan pengalamanya khusus untuk investasi property sangat sulit dalam hal likuiditas kesannya dalam kondisi kita butuh dana nilai investasi property yang bergotong-royong tinggi kita "obral" alasannya kesulitan likuiditas sehingga kenaikan harga properti menjadi "semu", sehingga untuk berbicara likuiditas emas tetap pilihan utama. likuiditas sangat penting diperhatikan untuk mengantisipasi kebutuhan dana mendadak sehingga perlu instrumen invetsasi yg mudah dicairkan yaitu . Bahkan harga emas sudah dipatok bahkan mudah mencari rujukan harganya, tinggal kita yang menentukan mau dijual atau digadai aksara investasi ibarat ini tidak mampu dimiliki oleh properti maupun saham.
Bahkan dalam poling sudut pandang terkait penilaian kemakmuran seseorang jawaban peserta poling lebih dari 50% responden menganggap bahwa kepemilikan emas batangan sebagai tolok ukur kemakmuran. Artinya walaupun sebagaian orang menganggap investasi emas yakni kuno atau bahkan sebagaian beranggapan emas bukan investasi tetapi hanya lindung nilai atau hedging saja, tetapi menurut saya data menunjukan emas mampu memberi return ditas deposito bahkan saham, nah logikanya bagaimana mampu return yang besar tidak dianggap investasi sementara deposito saja masuk dalam kategori investasi.
Untuk mendukung topik pembicaraan tersebut saya coba ambil kembali data tersebut diatas pada paragraf awal dimana tahun 1970 biaya masuk UI Rp 25.000 dengan membandingkanya harga emas dikala itu yang berkisar Rp. 500/gram atau biaya pendidikan masuk UI dikala itu setara dengan 50 gram. Lalu coba kita bandingkan dengan biaya masuk UI tahun 2012 sebesar Rp 10 juta atau bila dibandingkan dengan harga emas dikala ini rata-rata dengan harga Rp. 500.000/gram atau biaya pendidikan masuk UI tahun 2012 setara dengan 20 gram saja atau biaya pendidikan makin murah bila diukur dengan emas.
Apa artinya fakta dan data tersebut diatas buat kita ? Jika anda dikala ini pasangan suami istri yang gres memiliki anak yang masih balita serta dikala ini ekonomi keluarga juga lagi berkecukupan atau punya uang lebih maka tukarlah uang kertas anda menjadi emas untuk biaya pendidikanya. Misalkan ibu tersebut membeli emas setara dengan biaya pendidikan masuk UI dikala itu 50 gram, kemudian dikala anaknya masuk sekolah tahun 2012 maka simpanan emasnya bukan saja cukup untuk membayar biaya sekolahnya bahkan mampu untuk 2 orang anak masuk UI.
Beralihlah dari tabungan uang kertas ke TABUNGAN SELAGI KITA MASIH BISA BEKERJA SEBELUM MASA PENSIUN tiba.
0 Response to "Sudut Pandang Emas"
Posting Komentar